
Latar Belakang
Pemerintah Indonesia mengklaim bahwa deforestasi telah turun sebesar 90% dalam satu dekade terakhir. Pernyataan ini menjadi sorotan dalam forum internasional sebagai keberhasilan pengelolaan hutan. Namun, klaim tersebut mendapat kritik dari berbagai lembaga riset dan organisasi lingkungan karena dinilai tidak mencerminkan kondisi riil di lapangan.
Perbedaan Metodologi
Pemerintah menggunakan data dari kawasan hutan yang ditetapkan secara resmi, sementara lembaga independen seperti University of Maryland (UMD) mencakup semua area berhutan termasuk wilayah non-kawasan hutan. Perbedaan ini menyebabkan angka yang dilaporkan sangat berbeda.
Contoh: UMD melaporkan peningkatan kehilangan hutan primer sebesar 13% pada 2022 dibandingkan 2021.
Sumber: Mongabay (2023)
Legalitas dan Industri
Pada 2024, Indonesia kehilangan hutan seluas 261.575 hektar. Sebanyak 97% dari deforestasi ini terjadi secara legal dalam konsesi industri seperti sawit, pulp, dan tambang nikel.
Sumber: Mongabay (2025)
Dampak terhadap Biodiversitas dan Masyarakat Adat
Deforestasi berdampak besar pada habitat spesies terancam dan kehidupan masyarakat adat. Proyek besar seperti Merauke Integrated Food and Energy Estate mengancam wilayah penting di Papua.
Sumber: AP News (2025)
Kurangnya Transparansi
Laporan dari Auriga Nusantara menunjukkan adanya deforestasi signifikan di beberapa wilayah seperti Rawa Singkil, Aceh, yang tidak tercatat dalam data pemerintah.
Sumber: Straits Times (2025)